Minggu, 25 Maret 2012

SWA SEMBADA GULA 2014 - KITA MEMANG PEMIMPI.

Seorang pemimpi sering sering membayangkan mendapat hadiah mobil baru dari gebyar sebuah bank, meskipun dia tidak punya rekening di Bank tersebut, seorang pemimpi membayangkan akan menikahi wanita yang sangat cantik dari hadiah undian diluar negeri meskipun dia tidak pernah tahu beli kuponnya dimana, itulah seorang pemimpi dan adalah hak semua insan untuk bermimpi - semua memang berawal dari mimpi dan impian akan terwujud apabila kita berusaha memenuhinya di jalur mimpi yang kita mimpikan, bagaimana seorang mimpi menjadi dokter kalau kuliahnya dibidang ekonomi, bagaimana berminpi menjadi insinyur kalau kulihnya dibidang hukum.
Saya lebih senang dengan menggunakan bahasa mimpi dan impian , sementara cendekiawan dan politisi menggunakan istilah wacana tanpa rencana, inilah gambaran  mimpi indah yang sempat memukau segenap rakyat Indonesia:

Tahun

Pejabat
Target Swa Sembada

Kebijakan
2003
Rini Suwandhi
Memperindag
2007
Target swa sembada gula
06/06/03
KOMPAS
28/07/04
S Harapan
Bungaran Saragih
Menteri Pertanian
Bungaran Saragih
Menteri Pertanian
2007

2008
Tidak perlu pabrik baru
Perluasan areal sd 400.000 ha.
Mundur dari target awal 2007
29/7/04
S Harapan
Megawati
Presiden
2008
Mundur dari target awal 2007
28/10/05
Suar merr
Anton Apriantono
Menteri Pertanian
2009
Pembangunan pabrik baru
02/07/07

29/08/07
Antara
05/09/07
Antara
Ahmad Manggabarani
Dirjenbun
Ahmad Manggabarani
Dirjenbun
Ahmad Manggabarani
Dirjenbun
2009

2009

2009
Dibentuk TKPPG 1 juta ton pada
Tahun 2009
9 pabrik akan beroperasi 2009
4 milik BUMN yg lain swasta
Pabrik baru Jatim, Kalbar,Sumbar
2 lagi di Sulsel.
26/06/07
Anttara
Agus Pakpahan
Deputy Meneg BUMN
2009
4 PG baru 2009
28/07/07
Fahmi Idris
Menteri Perindustrian

Membangun Pabrik Gula Merah Putih (karya nasional).
19/01/08
Liputan 6
Yusuf Kalla
Wapres
2009
Menaikkan rendemen 2%
Revitalisasi pabrik lama dan tambah pabrik baru.

Semua diatas adalah mimpi mimpi indah tetapi harus berani menempuh jalan berliku untuk mencapainya, mimpi terakhir adalah "SWA SEMBADA GULA 2014"  yang kabarnya Departemen terkait sudah saling membuat dan menyusun Road Map untuk mencapainya, meskipun dapat diduga apabila di anggap rakyat adalah penonton , sudah bia menduga bahwa para pembuat mimpi akan lempar handuk.

Scenario pemimpi.
1. Membangun pabrik baru minimal 150.000 tcd.
Mungkin para pendahulu tidak pernah menceritakan bagaimana pabrik baru yang direncanakan oleh pakar pakar dan direalisasikan antara lain COT GIREK di Aceh , PELEIHARI di Kalimantan  keduanya mengalami ending yang menyedihkan, sementara beberapa lainnya menunjukkan performance yang menyedihkan.
2.Revitalisasi .
Dana revitalisasi tak kunjung turun kelihatan ada keraguan benarkah revitalisasi adalah obat manjur menuju swa sembada setelah  dilakukan program bongkar ratoon untuk perbaikan tanaman?
Pabrik kita memang tua tetapi kalau kita lihat laporan giling dari pol ampas, pol blotong dan angka angka pengenal lainnya semua ok ok saja tidak ada yang salah .

Sumbangan pemikiran rakyat pedesaan. 
Saya hanya makhluk pedesaan tentu tidak mampu memberikan sumbangan kecuali sekedar masukan dan doa sbb:

SWA SEMBADA GULA INSA ALLAH TERCAPAI  sbb. 
  
Dua kunci keberhasilan untuk menuju swa sembada gula:
1.Kunci Non Teknis.
           1a. KERJA KERAS ( kalau meneg BUMN KERJA, KERJA, KERJA)
           1b. JUJUR.  
           1c. AMANAH.
2.Kunci teknis.
 Banyak kunci kunci teknis menuu keberhasilan swa sembada gula, tidak terlalu penting penambahan areal tanaman, tidak terlalu mendesak pabrik besar baru , dahulukan satu kunci yaitu:
         "PERHATIKAN PETANI TEBU" 
Kalau petani tebu karena alasan ekonomis mendapat keuntungan dan kenyamanan  dari budi daya menanam tebu maka pabrik gula tidak akan kekurangan pasokan , kemitraan yang sesungguhnya adalah kejujuran dan transparansi, petani tebu adalah subyek dan bukan obyek, perkara teknisnya tentu para pemimpi tidak perlu diajari ibarat tidak perlu kita ajari bebek berenang - tidak perlu kita ajari tokek merambat dinding.

Sumbangan doa saya adalah semoga mimpi berswa sembada gula segera terwujud seiring terwujudnya naiknya kesejahteraan petani tebu. 

Alternatif 

Tidak ada salahnya untuk mencoba mengembangkan Pabrik Gula Mini , seperti yang telah dibuat juklak teknisnya untuk membangun satu unit kap 100 tcd di Rembang Jawa tengah.

Perlunya pemikiran pengembangan bahan pemanis lain selain gula yang cukup potensal di Indonesia antara lain dari nira aren, kelapa dan siwalan.

wassalam. 

Jumat, 16 Maret 2012

PENGRAJIN TRADISIONAL DENGAN PRODUK GULA KRISTAL PUTIH



PABRIK GULA MIKRO MERAH PUTIH

Sentuhan teknologi untuk pengrajin gula tradisional. 
 Meskipun pengrajin gula merah tebu tradisional saat ini masih tetap bertahan dengan segala kekurangannya, tentu dengan beberapa  sentuhan teknologi akan mampu lebih meningkatkan keberadaannya dan kedepan apabila mereka juga mampu memproduksi gula putih maka mereka akan memberikan kontribusi menuju swa sembada gula nasional.


Pengrajin gula tradisional sudah berpengalaman di dunia industri gula utamanya di tanaman tebu, mereka tidak beralasan ada keterbatasan lahan dan tidak ada keluhan mengenai kwalitas tebu, mereka tahu untuk industri gula merah memang diperlukan kwalitas tebu yang prima, mereka sudah punya investasi dasar minimal lokasi, bangunan, gilingan dll.


Sentuhan teknologi akan menghantar pengrajin gula merah tradisonal kedepan akan menghasilkan kombinasi gula putih dan gula merah, bukan kombinasi gula putih dan tetes.


1000 pengrajin tradisional saja yang disentuh dengan investasi masing masing 1,5 sd 2 miliar akan setara dengan membangun pabrik gula kristal putih 20.000 tcd , sedangkan apabila membangun pabrik baru setara dengan 20.000 tcd yang pasti untuk lahannya saja akan terjadi permasalahan sosial, untuk investasi 3 trilliun akan menjadi bahasan yang tak kunjung selesai, disamping harus jujur kita melihat sejarah pembangunan pabrik gula besar dari mulai Cot Girek di Aceh, Pelehari di Kalimantan  dll semua berakhir dengan sangat pahit.

Tujuh sentuhan menuju produk gula kristal putih :

1.Penurunan tebu dari atas truk.
Saat ini menurunkan tebu dari atas truk dilakukan secara manual dengan upah borongan dalam kisaran Rp 60.000 sd Rp 75.000 per truk, tergantung dari berat tebu yang akan diturunkan, apabila dalam satu tahun satu pengrajin menggiling 400 truk maka akan dikeluarkan biaya sebesar Rp 3 juta/tahun, disamping biaya kalau kita melihat aktivitas tenaga kerja membongkar dan menurunkan tebu agak terasa kurang manusiawi, kedepan penurunan tebu idealnya dilengkapi dengan loading gantry dengan chain block sehingga tidak ada ketergantungan dengan ketersediaan tenaga bongkar muat.
 Menurunkan tebu secara manual.
 Sedang disiapkan loading gantry dengan chain block 2 x 5 ton.

2.Memperkenalkan penggilingan dengan tambahan imbibisi air.
Saat ini semua pengrajin gula merah tebu tradisional melakukan penggilingan dengan sekali giling dengan system kering, kedepan akan diperkenalkan minimal dua kali giling dengan tambahan air imbibisi, sehingga akan dihasilkan rendemen gula merah 15 sd 20% lebih tinggi.
 Pemerahan sekali giling sistem kering kedepan diperkenalkan minimal dula kali giling dengan system basah ( ada bilasan air imbibisi)


Total brix terperah lebih banyak, tetapi dengan derajat brix yang lebih rendah , artinya beban penguapan juga bertambah, sehingga perlu peningkatan effisiensi bahan bakar.

3.Memperkenalkan pemurnian nira.
Saat ini pegrajin gula merah tradisional tidak mengenal proses pemurnian, yang dilakukan hanyalah membuang kotoran dan busa yang terapung diatas jedi pada saat pemanasan, sehingga sejumlah besar kotoran masih terikut dalam produk yang dihasilkan.



 Busa dan kotoran mengambang diambil dengan jaring sekedarnya.



Diperkenalkan pemurnian modifikasi defikasi , sehingga diperoleh nira jernih yang terpisah dari nira kotornya.

4.Memperkenalkan penguapan vacuum multiple effect.
Dengan penguapan yang dilakukan saat ini, dengan open pan dan direct firing maka akan terjadi pemborosan bahan bakar , sehingga ampas yang dihasilkan tidak cukup digunakan dan harus ditambahkan bahan bakar lain sebagai suplisi biasanya daun daun kering dan sekam padi, disamping itu penguapa dengan wajan terbuka akan menurunkan kwalitas produk karena danya pengaruh over heating yang berakibat terjadinya karamelisasi yang tidak terukur, kedepan akan diperkenalkan system penguapan hampa minimum double effect untuk penghematan energy dan untuk peningkatan kwalitas gula yang diproduksi.


Penguapan dengan wajan/jedi terbuka dengan panas langsung., thermal efisiensi rendah , nira hasil gilingan dry crushing tanpa tambahan air imbibisi saja ampas tidak mencukupi, apalagi dengan pemerahan wet crushing (dengan tambahan air imbibisi)




 Diperkenalkan penguapan terbuka dengan efisiensi tinggi atau dengan penguap vacuum multi effect.

5.Memperkenalkan pengentalan vacuum.
Pengentalan gula merah tebu tradisional saat ini dilakukan seperti proses penguapan diatas jedi terbuka, sehingga titik didih sulit dikendalikan dalam kisaran 115 sd 120 celsius, kedepan diperkenalkan pan masakan atau konsentrator vacuum, sehingga pendidihan dalat dikendalikan pada temperature dalam kisaran 55 sd 60 celsius, akan dihasilkan kwalitas produk unggul dengan kadar air < 8%, dengan warna cerah tanpa perlu penambahan sodium metabisulfite  dan bebas kadar kotoran, sehinga produk mempunyai posisi tawar yang lebih baik.

Pengentalan gula pengrajin tradisional wajan terbuka dengan api langsung.



 Diperkenalkan concentrator/ cooking pan vacuum system menghasilkan gula merah cetak ataupun massecuite untuk gula putih.

6.Mempersiapkan untuk produksi gula Kristal putih.
Apabila langkah tersebut sudah dikuasai maka hanya satu langkah kecil mereka akan mampu memproduksi gula putih, dengan hanya melengkapi unit kristaliser, separator dan pengering gula.


Pemancingan kristalisasi tidak diperlukan lagi, hasil langsung dapat dicetak dalam cetakan.



Pan masakan juga dapat menghasilkan gula putih. (Gula putih sebagai produk pertama dan gula merah cetak sebagai produk kedua)


Tetes dikonsentrasikan menjadi gula merah
(Gula merah sebagai produk kedua)


7.Memperkenalkan GMP..
Sebagai industry makkanan sudah mulai harus diperkenalkan Good Manufacture Practice atau CPMB (Ccara Pembuatan Makanan yang Baik), dengan mulai memperhatikan pentingnya sanitasi, standart bangunan produksi, pest control dll.


Pengemasan dan penyimpanan yang memenuhi syarat

SEHINGGA AKAN TERLAHIRKAN RIBUAN  
MIKRO MILL . 
(PABRIK GULA MERAH PUTIH)